[soundcloud src="309741733"/]
Syi'ir Tanpo Wathon
Asal-usul dan teks Syi'ir Tanpo Wathon
Akeh kang apal Qur’an Haditse ….Seneng ngafirke marang liyane
Kafire dewe dak digatekke …. Yen isih kotor ati akale
Syi'ir yang terlihat sederhana itu
maknanya sangat dalam sekali. Lebih dari itu, dengan suara yang khas, jika
diresapi, maknanya sangat menyentuh hati. Jika diikuti dari awal hingga akhir
syi-ir semua lapisan masyarakat, tak peduli pangkat ataupun derajatanya, tinggi
maupun rendah status sosialnya, beriman atau abangan akan tersindir dengan
syi-iran itu.
Simak saja kutipan syi-iran berikut ini:
Akeh kang apal Qur’an Haditse ….Seneng
ngafirke marang liyane
Kafire dewe dak digatekke …. Yen isih
kotor ati akale 2X
(Banyak yang hapal Qur’an dan
Haditsnya….senang mengkafirkan pada orang lain
kafirnya sendiri tak dihiraukan….jika
masih kotor hati dan akalnya)
Atau ketika menyinggung banyaknya orang
yang tergiur kemewahan dunia yang disindir sebegai berikut:
Gampang kabujuk nafsu angkoro ….Ing
pepaese gebyare ndunyo
Iri lan meri sugihe tonggo….Mulo atine
peteng lan nisto
(gampang terbujuk nafsu angkara….dalam
hiasan gemerlapnya dunia
iri dan dengki kekayaan tetangga….maka
hatinya gelap dan nista)
Semakin hari syi-iran ini semakin
menyebar saja. Entah itu berupa ringtone, atau diputar di mushalla-mushalla atau
masjid, dalam jam-jam tertentu. ‘Nyanyian’ tanpa iringan musik begitu syahdu
ini, akhirnya menyisakan polemik. Sebab, sebagian kalangan mengatakan bahwa,
alunan suara itu milik Muhammad Nizam As-Sofa, pemangku Pondok Pesantren Ahlus
Shofa wal Wafa, Wonoayu, Sidoarjo.
Syi’ir Tanpo Wathon ini,
menjadi buruan Gusdurians (sebutan pengidola Gus Dur). Di situs Youtube, yang
diunggah berbagai versi, telah dikunjungi puluhan ribu. Sedangkan di situs
4shared, syiir ini diunduh lebih dari 10 ribu. Belum lagi, transfer antar
ponsel via bluetooth. Sebagian besar meyakini bahwa suara yang melantunkan
syi’ir itu, adalah suara Gus Dur, dan dikabarkan, sekitar 2 bulan sebelum sang
Bapak Pluralis ini wafat.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
(PBNU) KH Said Aqil Siradj, yang dikenal sangat dekat dengan Gus Dur menegaskan
bahwa syiir Tanpo Wathon bukanlah ciptaan Gus Dur. “Gus Dur hanya menyumbang
dua bait istighfar pada Syi’ir Tanpo Wathon. Yaitu: Astagfirullah robbal baroya
Astagfirulloh minal khootooya Robbi zidni 'ilmannaafii'a Wawaffikni
'amalansoliha. Yarosulalloh salammun'alaik. Yaa rofi'asysyaani waddaaroji.
'athfatan yaajirotall 'alami. Yaauhailaljuu diwalkaromi. Hanya dua bait inilah
yang disumbang oleh almarhum,” ujar Kang Said, panggilan akrab Said Aqil Siradj.
Kang Said lebih cenderung kepada sosok
Gus Nizam - Muhammad Nizam Ash-Shofa Pengasuh Ponpes Ahlush Shofa wal Wafa,
Wonoayu-Sidoarjo. Dan sudah ada sejak 2004 yang dikumandangkan tiap selesai
kajian Jami'ul Ushul & Alfathur Rabbani setiap malam Kamis.
“Kalau bait yang lainnya memang karya Gus
Nizam. Saya sendiri tidak tahu kapan persisnya Syi’ir ini dibuat dan
dikumandangkan. Namun yang pasti Syi’ir ini sudah ada kira-kira tahun 2004,
bukan dibuat Gus Dur dua bulan sebelum meninggal,” imbuh Kang Said.
Syi’ir ini sangat ngetop ketika selalu
diputar dalam Muktamar [tooltip url="http://buletinalbadar.blogspot.co.id/search/label/GP%20Ansor" title="GP Ansor"]GP Ansor[/tooltip] XIV, di Surabaya, Januari 2011 lalu. Kang Said
mengaku sangat senang, karena syiir ini bukan tenggelam begitu saja, malah kian
meluas. Kini, masjid atau musala rutin memutar syiir ini, di waktu menjelang
salat.
“Alhamdulillah sekali. Karena kalau kita
dengarkan lalu direnungkan ada makna yang begitu mendalam dalam Syi’ir Tanpo
Kathon. Syi’ir ini memberikan pembelajaran dalam hidup, agar kita jangan
terlena oleh gemerlapnya dunia, tapi juga harus mempertebal iman dan tanpa
merendahkan orang lain agar kelak tidak tersesat di akhirat,” ular Kang Said.
Tetapi, dalam polemik yang terjadi di
Internet, disebut bahwa syiir ini dilantunkan Gus Dur saat masih berusia muda.
Bahkan, ada orang yang dekat keluarga Gus Dur melakukan klarifikasi kepada ahli
waris Gus Dur. “Keluarga beliau membenarkan bahwa itu adalah suara Gus Dur saat
masih muda, sekitar tahun 1990-an,” tulis seseorang yang memakai nama
ardwall99, dalam komentar di situs youtube.
Sementara soal gubahan, hampir tak
terjadi polemik, karena syiir ini ternyata sudah ada sejak lama sekali. Jadi,
ada yang mengatakan pengarang syiir ini sulit dilacak.
Ada wacana lain yang muncul bahwa syiir
ini sudah ada sejak era orde lama. “Yang jelas, zaman mbah kulo tesih gesang
syi'iran niku mpun wonten lan dilantunaken kalean poro pengikut NU (Ketika mbah
masih hidup, syiiran ini sudah ada dan dilantunkan oleh para pengikut NU,red),”
tulis Amir, satu bulan lalu, di situs
Ponpes Pondok Pesantren Ahlus Shofa wal Wafa.
Dan satu wacana lain muncul, mantan
anggota sebuah padepokan di Mojokerto, yang menyebut dirinya thumbenae,
mengatakan bahwa pengarang aslinya adalah orang Mojokerto. “Dulu setiap hari
Sabtu malam ada pengajian tasyawwuf rutin di padepokanku, dan disiarkan secara
live oleh radio. Sayangnya, sekarang pengajian itu sudah tak ada lagi. Tapi
saya masih punya banyak rekaman pengajian. Jka ingin ketemu wujud pengarang
syiir, saya bisa antarkan untuk silaturahim,” tulis thumbenae.
Bermula dari Radio Yasmara
Peredaran Syiir Tanpa Wathon semula
sangat lamban karena hanya digandakan atau beredar di kalangan terbatas. Namun,
radio Yasmara (Yayasan Masjid Rahmad) Surabaya memiliki ide kreatif agar syiir
yang syarat makna sangat dalam itu bisa didengar dan diresapi masyarakat secara
luas.
SEPERTI diketahui, Yasmara adalah
satu-satunya radio yang masih konsisten melakukan siar Islam dalam siarannya.
Radio dengan basis gelombang AM itu siaran adzannya selalu direlai berbagai
masjid sebelum salat lima waktu. Peluang inilah yang dilihat pengelola radio
Yasmara untuk mengumandangkan Syiir Tanpo Waton ini agar lebih didengar
masyarakat secara luas tanpa harus susah-susah mencari VCD-nya.
Ketua II Yayasan Masjid Rahmad dan
Penanggung Jawab Radio Yasmara Surabaya, Anis Busroni membenarkan setiap
harinya, sebelum salat lima waktu, Yasmara mengumandangkan Syiiran Tanpo Waton
ini. Semula syiiran itu hanya dilagukan ketika usai adzan untuk menunggu
iqomah. Kondisi itu membuat Anis berpikir, syiir Tanpo Wathon ini harus
disiarkan secara luas.
“Seperti diketahui, sejak tahun 1969,
pembacaan ayat suci al-Quran di radio Yasmara selalu direlai atau disiarkan
masjid atau musala di Jawa Timur, sambil menunggu tibanya waktu adzan,” ujar Anis.
Durasi pembacaan al-Quran itu sendiri
sekitar 7 menit. Dengan tidak mengurangi waktu pembacaan Quran, sebelum ayat
suci itu dilantunkan terlebih dahulu diputar Syiir Tanpo Waton. Ternyata
tanggapan berbagai masjid sangat luar biasa dengan selingan tambahan itu. Walau
semula mereka terkejut, namun akhirnya senang setelah mengetahui makna syiir
yang sangat dalam dan mengena.
Darimana Yasmara mendapatkan rekaman
Syiir Tanpo Waton (yang diyakini Anis adalah suara Gus Dur)? Ceritanya ternyata
cukup unik, dan tidak didapat langsung dari kerabat Gus Dur.
Sejak akhir Desember 2010, Anis
mendapatkan ‘syiiran Gus Dur’ dari Ir H. Nanang Adi Sucipto temannya sesama
pegawai PDAM Kota Surabaya. Setelah didengarkan ternyata syiirnya sangat
sederhana, bahasanya komunikatif, namun maknanya sangat mendalam sekali. Sejak
saat itu langsung diputar dan disiarkan di radio Yasmara.
Ir H. Nanang ketika dikonfirmasi
mengatakan, dia mendapatkan syiiran Gus Dur ini dari santri Pondok pesantren
Tebu Ireng Jombang. Namun dia lupa siapa dia karena pertemuannya hanya sesaat.
Santri tersebut hanya mengaku diberi syiiran Gus Dur dari kerabat dekat Gus Dur
dengan tidak menyebut siapa kerabat dekat itu.
Terlepas benar atau tidaknya pencipta dan
atau pelantun syiiran adalah Gus Dur, Anis meyakini bahwa suara syiiran yang
beredar selama ini memang suara asli Gus Dur. Hal ini diperkuat dengan setiap
akhir siaran TV9 yang notabene milik Nahdhatul Ulama selalu memutar syiiran Gus
Dur dengan latar belakang Gus Dur. Dan lagi sampai saat ini sudah banyak
beredar kaset, vcd, atau dvd yang berisi syiiran Gus Dur di masyarakat tanpa
ada yang menggugat dan mengaku pemilik Syiiran Gus Dur tersebut.
Ketika diberi tahu bahwa ada salah satu
pengasuh Pondok Pesantren yang mempunyai hak cipta atas syiiran Gus Dur ini,
Anis tampak terkejut dan ingin sekali bertemu dengan pemilik hak cipta
tersebut.
"Ini menjadi tanggung jawab kami
untuk meluruskan, terutama kepada pendengar radio Yasmara yang percaya bahwa
suara yang melantunkan Syiiran Gus Dur ini memang KH Abdurrahman Wachid alias
Gus Dur," ujar lelaki yang juga menjabat sebagai Kabag Penertiban PDAM
Surabaya ini.
Apabila benar ada yang mempunyai hak
cipta, Anis ingin mengajak siaran langsung di radio Yasmara sekalian meluruskan
apa yang salah selama ini.
Gus Nizam Tak Keberatan Disebut Syi'ir Gus Dur
‘Syiir Tanpo Waton’ yang sebagian kalangan
meyakini itu diciptakan dan dilantunkan Gus Dur, ternyata KH Mohammad Nizam
Ash-Shofa, pemangku Pondok Pesantren Ahlush-Shofa Wal-Wafa yang beralamat di Desa Simoketawang Kecamatan
Wonoayu Sidoarjo memiliki beberapa bukti kalau itu ciptaannya.
KETIKA HARIAN BANGSA bertandang ke pondok
pesantren Ahlus-Shofa Wal-Wafa, agak terkejut ketika bertemu langsung dengan KH
Mohammad Nizam Ash-Shofa yang akrab dipanggil Gus Nizam ini. Suara berat yang
menandakan usia orang yang sudah sepuh yang terdengar di masjid-masjid selama
ini, tidak demikian dengan Gus Nizam.
Dari sisi usia jauh di bawah Gus Dur yang
diyakini orang sebagai suara dalam Syiir Tanpo Waton.
Baru ketika Gus Nizam mengucap salam dan
menjabat tangan, HARIAN BANGSA yakin betul, suara Gus Nizam memang sangat mirip
dengan suara Gus Dur. Selama wawancara berlangsung, suara mirip Gus Dur itu
sama sekali tak berubah atau dimirip-miripkan Gus Dur agar orang yakin.
Dalam keterangannya, Gus Nizam
menyatakan, bila syiir yang ia sebut Syiir Tanpa Waton sudah diciptakan sejak
tahun 2004.
"Saat itu saya mulai senang
menyendiri di kamar, menggandrungi kesenian wayang sambil belajar bahasa
Jawa," ucapnya. Sejak itulah syiir berbahasa Jawa Kawi ini selalu dibaca
ribuan para jamaahnya usai pengajian, yang rutin dilaksanakan setiap hari Rabu
malam, hingga sekarang.
Disinggung tentang kepopuleran syiir yang
oleh sebagian orang dikatakan sebagai karya dan suara Gus Dur, Lulusan
Universitas Al-Azhar Mesir ini mengaku tidak mempermasalahkan.
Malah, dia bersyukur bila Syiir yang
diciptakannya itu bisa didengar banyak
masyarakat. "Kalau memang dengan sebutan Syiir Gus Dur masyarakat
luas bisa mendengar. Maka saya malah bersyukur dan tidak mempermasalahkannya.
Toh tujuannya sama, demi syiar Islam," tegasnya sambil memberikan pada
HARIAN BANGSA CD asli Syiir Tanpo Waton sebagai bukti.
Dalam CD yang berisi 8 pujian itu Syiir
Tanpo Waton jusru berada pada nomor dua. Seluruh pujian dalam CD itu dibawakan
sendiri oleh Gus Nizam bersama para santrinya. Hanya Syiir Tanpo Waton yang
menggunakan bahasa Jawa, 7 lainnya berbahasa Arab. Gus Nizam tidak terlalu
mempermasalahkan jika syiiran itu diakui pihak lain. Dorongan justru datang
dari para jamaahnya. Para pengurus dan jamaah, akhirnya mengukuhkan Syiir Tanpa
Waton itu ke Dirjen Hak atas Kekayaan Intelektual (HKI) sebagai bukti Hak
Cipta.
"Sebenarnya saya sendiri tidak
keberataan bila ada pihak-pihak yang ingin mengakuinya. Tapi pengurus dan
jamaah lah yang justru mendaftarkan hak ciptanya, sejak Mei lalu, dan sekarang
masih dalam proses," tambahnya sambil menunjukkan surat permohonan HKI.
“Jika ada pihak-pihak yang ingin mengakui
syiir, silahkan," tuturnya, sembari mengucapkan kata-kata guyonan 'Gitu
aja kok repot'.
Berikut teks Syi'ir Tanpo Wathon dan
terjemahan bebasnya dalam bahasa Indonesia:
Syi'ir Tanpo Wathon (Syair Tanpa Judul)
Ngawiti ingsun nglaras syi’iran (aku memulai menembangkan syi’ir)
Kelawan muji maring Pengeran (dengan memuji kepada Tuhan)
Kang paring rohmat lan kenikmatan (yang memberi rohmat dan kenikmatan)
Rino wengine tanpo pitungan 2X (siang dan malamnya tanpa terhitung)
Duh bolo konco priyo wanito (wahai para teman pria dan wanita)
Ojo mung ngaji syareat bloko (jangan hanya belajar syari’at saja)
Gur pinter ndongeng nulis lan moco (hanya pandai bicara, menulis dan membaca)
Tembe mburine bakal sengsoro 2X (esok hari bakal sengsara)
Akeh kang apal Qur’an Haditse (banyak yang hapal Qur’an dan Haditsnya)
Seneng ngafirke marang liyane (senang mengkafirkan kepada orang lain)
Kafire dewe dak digatekke (kafirnya sendiri tak dihiraukan)
Yen isih kotor ati akale 2X (jika masih kotor hati dan akalnya)
Gampang kabujuk nafsu angkoro (gampang terbujuk nafsu angkara)
Ing pepaese gebyare ndunyo (dalam hiasan gemerlapnya dunia)
Iri lan meri sugihe tonggo (iri dan dengki kekayaan tetangga)
Mulo atine peteng lan nisto 2X (maka hatinya gelap dan nista)
Ayo sedulur jo nglaleake (ayo saudara jangan melupakan)
Wajibe ngaji sak pranatane (wajibnya mengkaji lengkap dengan aturannya)
Nggo ngandelake iman tauhide (untuk mempertebal iman tauhidnya)
Baguse sangu mulyo matine 2X (bagusnya bekal mulia matinya)
Kang aran sholeh bagus atine (Yang disebut sholeh adalah bagus hatinya)
Kerono mapan seri ngelmune (karena mapan lengkap ilmunya)
Laku thoriqot lan ma’rifate (menjalankan tarekat dan ma’rifatnya)
Ugo haqiqot manjing rasane 2 X (juga hakikat meresap rasanya)
Al Qur’an qodim wahyu minulyo (Al Qur’an qodim wahyu mulia)
Tanpo tinulis biso diwoco (tanpa ditulis bisa dibaca)
Iku wejangan guru waskito (itulah petuah guru mumpuni)
Den tancepake ing jero dodo 2X (ditancapkan di dalam dada)
Kumantil ati lan pikiran (menempel di hati dan pikiran)
Mrasuk ing badan kabeh jeroan (merasuk dalam badan dan seluruh hati)
Mu’jizat Rosul dadi pedoman (mukjizat Rosul(Al-Qur’an) jadi pedoman)
Minongko dalan manjinge iman 2 X (sebagai sarana jalan masuknya iman)
Kelawan Alloh Kang Moho Suci (Kepada Alloh Yang Maha Suci)
Kudu rangkulan rino lan wengi (harus mendekatkan diri siang dan malam)
Ditirakati diriyadohi (diusahakan dengan sungguh-sungguh secara ihlas)
Dzikir lan suluk jo nganti lali 2X (dzikir dan suluk jangan sampai lupa)
Uripe ayem rumongso aman (hidupnya tentram merasa aman)
Dununge roso tondo yen iman (mantabnya rasa tandanya beriman)
Sabar narimo najan pas-pasan (sabar menerima meski hidupnya pas-pasan)
Kabeh tinakdir saking Pengeran 2X (semua itu adalah takdir dari Tuhan)
Kelawan konco dulur lan tonggo (terhadap teman, saudara dan tetangga)
Kang podho rukun ojo dursilo (yang rukunlah jangan bertengkar)
Iku sunahe Rosul kang mulyo (itu sunnahnya Rosul yang mulia)
Nabi Muhammad panutan kito 2x (Nabi Muhammad tauladan kita)
Ayo nglakoni sakabehane (ayo jalani semuanya)
Alloh kang bakal ngangkat drajate (Allah yang akan mengangkat derajatnya)
Senajan asor toto dhohire (Walaupun rendah tampilan dhohirnya)
Ananging mulyo maqom drajate 2X (namun mulia maqam derajatnya di sisi Allah)
Lamun palastro ing pungkasane (ketika ajal telah datang di akhir hayatnya)
Ora kesasar roh lan sukmane (tidak tersesat roh dan sukmanya)
Den gadang Alloh swargo manggone (dirindukan Allah surga tempatnya)
Utuh mayite ugo ulese 2X (utuh jasadnya juga kain kafannya)
Post a Comment
Syi' ir Tanpo Waton Like dan follow ya di https://www.facebook.com/buletinalbadar/