RISALAH SARANG, HASIL SILATURRAHIM NASIONAL ALIM ULAMA NUSANTARA
Silaturrahim Nasional Alim Ulama Nusantara, 16 Maret 2017 di Pondok Pesantren Al Anwar 3, Sarang Jawa Tengah.
بِسْمِ
اللَّهِ الرَّحِيمِ الرَّحْمَنِ
أُدْعُ
إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ
وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ
ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
(النحل: ١٢٥)
(النحل: ١٢٥)
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (An-Nahl: 125)
لِلْعَالَمِينَ رَحْمَةً إِلَّا أَرْسَلْنَاكَ وَمَا
(١٠٧:الأنبياء)
“Kami (Allah)
tidak mengutus engkau (Muhammad) kecuali sebagai pembawa rahmat bagi semesta”
(QS. Al-Anbiya`: 107)
مَا
أَفَاءَ اللَّهُ عَلَىٰ رَسُولِهِ مِنْ أَهْلِ الْقُرَىٰ فَلِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ
وَلِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ كَيْ لَا
يَكُونَ دُولَةً بَيْنَ الْأَغْنِيَاءِ مِنْكُمْ ۚ وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ
فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ
اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
(الحشر: ٧)
(الحشر: ٧)
Apa saja harta
rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) yang
berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam
perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di
antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang
dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya. (Al-Hasyr: 7)
يٰۤاَيُّهَا
الَّذِينَ اٰمَنُوا اِن جَاءَكُم فَاسِقٌ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوا اَن تُصِيبُوا
قَومًا بِجَهَالَةٍ فَتُصبِحُوا عَلٰى مَا فَعَلتُم نٰدِمِينَ (الحجرات: ٦)
Hai orang-orang
yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka
periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu
kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas
perbuatanmu itu. (Al –Hujurat: 6)
لاَخَيْر
فِي كَثِيْرٍ مِنْ نَجْوَاهُم إلاَّ مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوْفٍ أًوْ
إِصْلاَحٍ بَيْنَ النَّأسِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ إِبْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللهِ
فَسَوْفَ نُوْتِيْهِ أَجْرا عَظِيْما
(النساء: ١١٤)
(النساء: ١١٤)
Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahalanya yang besar.
(An Nisa: 114)
امُيَسِّرً مُعَلِّمًا
بَعَثَنِي وَلَكِنْ ، مُتَعَنِّتًا وَلا مُعَنِّتًا يَبْعَثْنِي لَمْ اللَّهَ
إِنَّ
(رواه مسلم)
(رواه مسلم)
“Sesungguhnya
Allah tidak mengutusku (Muhammad) sebagai orang yang mempersulit atau
memperberat para hamba. Akan tetapi Allah mengutusku sebagai pengajar yang
memudahkan (HR. Muslim).
الْأَخْلَاقِ مَكَارِمَ لِأُتَمِّمَ بُعِثْتُ إِنَّمَا
(رواه بيهقي)
“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia” (HR. Al-Baihaqi)
السَّمَاءِ فِي مَنْ يَرْحَمْكُمْ الْأَرْضِ فِي مَنْ ارْحَمُوا الرَّحْمن يَرْحَمُهُمْ الرَّاحِمُونَ
(رواه الترمذي)
“Orang-orang yang
menyayangi sesama, Sang Maha Penyayang menyayangi mereka. Sayangilah semua
penduduk bumi niscaya penduduk langit akan menyayangimu” (HR. At-Tirmidzi)
فَاالتَّفَرُقُ
سَبَبُ الضُعْفِ وَالجِذْلاَنِ وَالفَصْلِ فِي جَمِيْعِ الأَزْماَنِ. بَلْ هُوَ
مَجْلَبَةُ الفَسَادِ وَمَطِيَّةُ الكَسَادِ وَدَعِيَّةُ الخَرَبِ والدِّمَارِ،
وَدَاهِيَةُ العَارِ وَالسَّتَّارِ.
فَكَمْ مِنْ عَا ئِلاَتٍ كَبِيْرَةٍ كَانَتْ فِي رَغَدٍ مِنَ الغَيْشِ وَبُيُوْتٍ كَثِيْرَةٍ كَانَتْ أهِلَةً بِأَهْلِهَا حَتَّى إِذَا دَبَّتْ فِيْهِم عَقَارِبُ التَّنَزُعِ وَسَرَى سُمُّهَا فِي قُلُوْبِهِم، وَأَخَذَ مِنْهُمُ الشَيْطَانُ مَأْخَذَهُ تَفَرَّقُوْا شَذَرَ مَذَرَ فَأَصْبَحَتْ بُيُوْتَهُمْ خَاوِيَةً عَلَى عُرُوْسِهَا
(الرئيس الأكبر لجمعية نهضة العلماء الشيج العالم العلامة محمد هاشم أشعري, مقدمة القانون الأساسي لجمعية نهضة العلماء)
فَكَمْ مِنْ عَا ئِلاَتٍ كَبِيْرَةٍ كَانَتْ فِي رَغَدٍ مِنَ الغَيْشِ وَبُيُوْتٍ كَثِيْرَةٍ كَانَتْ أهِلَةً بِأَهْلِهَا حَتَّى إِذَا دَبَّتْ فِيْهِم عَقَارِبُ التَّنَزُعِ وَسَرَى سُمُّهَا فِي قُلُوْبِهِم، وَأَخَذَ مِنْهُمُ الشَيْطَانُ مَأْخَذَهُ تَفَرَّقُوْا شَذَرَ مَذَرَ فَأَصْبَحَتْ بُيُوْتَهُمْ خَاوِيَةً عَلَى عُرُوْسِهَا
(الرئيس الأكبر لجمعية نهضة العلماء الشيج العالم العلامة محمد هاشم أشعري, مقدمة القانون الأساسي لجمعية نهضة العلماء)
Perpecahan
adalah penyebab kelemahan, kekalahan dan kegagalan di sepanjang zaman. Bahkan
pangkal kehancuran dan kemacetan, sumber keruntuhan dan kebinasaan, dan
penyebab kehinaan dan kenistaan. Betapa banyak keluarga keluarga besar, semula
hidup dalam keadaan makmur, rumah-rumah penuh dengan penghuni, sampai satu
ketika kalajengking perpecahan merayapi mereka, bisanya menjalar meracuni hati
mereka dan Syaithan pun melakukan perannya, mereka kocar-kacir tak karuan. Dan
rumah-rumah mereka runtuh berantakan.
(Pidato Rais Akbar Jamiyah Nahdlatul Ulama Hadlratussyekh Muhammad Hasyim Asy’ari, pada Muqaddimah Qanun Asasi)
Bismillahirrahmanirrahim
Nahdlatul Ulama senantiasa mengawal Pancasila dan NKRI serta keberadaannya tidak dapat bisa dipisahkan dari keberadaan NKRI itu sendiri. Nahdlatul Ulama mengajak seluruh ummat islam dan bangsa Indonesia untuk senantiasa mengedepankan pemeliharaan negara dengan menjaga sikap moderat dan bijaksana dalam menanggapi berbagai masalah. Toleransi, demokrasi dan terwujudnya akhlakul karimah dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat harus terus diperjuangkan bukan hanya demi keselamatan dan harmoni kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat di Indonesia ini saja tetapi juga sebagaiminspirasi bagi dunia menuju solusi masalah-masalah peradaban yang dihadapi dewasa ini.
Lemahnya
penegakan hukum dan kesenjangan ekonomi merupakan sumber-sumber utama
kegelisahan masyarakat selain masalah-masalah sosial seperti budaya korupsi,
rendahnya mutu pendidikan dan sumberdaya manusia, meningkatnya kekerasan dan
kemerosotan moral secara umum. Pemerintah diimbau agar menjalankan
kebijakan-kebijakan yang lebih efektif untuk mengatasi masalah-masalah tersebut
termasuk dengan menerapkan kebijakan-kebijakan yang lebih berpihak kepada yang
lemah (affirmatif) seperti reformasi agraria , pajak progresif, pengembangan
strategi pembangunan ekonomi yang lebih menjamin pemerataan serta pembangunan
hukum kearah penegakan hukum yang lebih tegas dan adil dengan tetap menjaga
prinsip praduga tak bersalah dalam berbagai kasus yang muncul. Penyelenggaraan
negara oleh pemerintah dan unsur-unsur lainnya harus senantiasa selaras dengan
tujuan mewujudkan maslahat bagi seluruh rakyat (tasharraful imam manutun bi
maslahatirroiyyah).
Perkembangan
teknologi informasi, termasuk internet dan media-media sosial, serta
peningkatan penggunaannya oleh masyarakat membawa berbagai manfaat seperti
sebagai sarana silaturahmi nasrul ilmi taawwun alal birri dan sebagainya,
tetapi juga mendatangkan dampak-dampak negatif seperti cepatnya penyebaran fitnah
dan seruan seruan kebencian, propaganda radikalisme, pornografi, dan halhal
lain yang dapat merusak moral dan kerukunan masyarakat. Pemerintah diimbau
untuk mengambil langkah-langkah yang lebih efektif baik dalam mengatasi
dampak-dampak negatif tersebut maupun pencegahanpencegahannya. Pada saat yang
sama para pemimpin masyarakat dihimbau untuk terus membina dan mendidik
masyarakat agar mampu menyikapi informasiinformasi yang tersebar secara lebih
cerdas dan bijaksana sehingga terhindar dari dampak-dampak negatif tersebut.
Para
pemimpin negara, pemimpin masyarakat, temasuk pemimpin Nahdlatul Ulama agar
senantiasa menjaga kepercayaan masyarakat dengan senantiasa arif dan bijaksana
dalam menjalankan tugas masing-masing dengan penuh tanggung jawab adil dan amanah
dengan menomorsatukan kemaslahatan masyarakat dan NKRI.
Para
ulama dalam majlis ini mengusulkan diselenggarakannya forum silaturrahmi di
antara seluruh elemen-elemen bangsa untuk mencari solusi berbagai permasalahan
yang ada, mencari langkah-langkah antisipatif terhadap
kecenderungan-kecenderungan perkembangan dimasa depan serta rekonsiliasi
diantara sesama saudara sebangsa. Nahdlatul Ulama diminta untuk mengambil
inisiatif bagi terwujudnya forum tersebut.
والله الموفق إلى أقوم الطريق
Sarang, 16 Maret 2017
Post a Comment